Archive for Desember 2015
Perjalanan Mengikuti Seleksi Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Magister
Assalamualaikum Wr. Wb,
Rasanya sudah lama sekali saya tidak menulis di blog, mungkin dikarenakan kurangnya ide dan motivasi untuk menulis. Alhamdulilah, kali ini saya kembali berbagi sedikit pengalaman saya dalam mengikuti seleksi Beasiswa Pemerintah Indonesia (BPI), LPDP, mulai dari tahap awal hingga tahap akhir, Insya-Allah. Selain karena banyak yang bertanya, tapi juga rasanya sayang sekali jika pengalaman ini hanya saya simpan sendiri. Karena saya percaya, sukses itu bukan perolehan secara individual, tapi perolehan bersama (kolektif). Semoga semakin banyak sahabat, teman, saudara sekalian yang berhasil untuk mewujudkan mimpi melanjutkan pendidikan S-2 baik didalam maupun diluar negeri.
Sebelumnya, untuk kenal lebih dekat mengenai apakah itu LPDP? Sejarahnya, Visinya, dsb silahkan kunjungi langsung website-nya saja ya, yaitu :
A. Tahap Administrasi
Oke, karena saya rasa banyak yang sudah familiar dengan LPDP, salah satu penyedia beasiswa (Program Afirmasi, Magister, Doktoral, Tesis dsb) Kita langsung saja mulai dari seleksi tahap pertama, yaitu tahap administrasi. Pada tahapan ini kita diminta untuk melengkapi berbagai macam dokumen yang berbeda-beda setiap program. Untuk lebih lanjut silahkan cek website lpdp. Karena saya meng-apply untuk program Magister, maka saya akan coba sedikit share disini mengenai dokumen yang dibutuhkan untuk program magister, adapun berkas-berkas yang dibutuhkan diantaranya:
- Ijazah (S1)
- Transkrip Nilai
- Surat Keterangan Izin Kerja (Bagi yang sudah bekerja)
- Surat Keterangan Sehat, Bebas Narkoba (+ Bebas TBC untuk magister luar negeri)
- Surat Keterangan Bebas Catatan Kriminal (SKCK)
- Surat Rekomendasi (dari tokoh masyarakat, atau dosen juga bisa)
- Surat Pernyataan
- Sertifikat Bahasa Asing (TOEFL > =550, IELTS >= 6.5)
- Letter of Acceptance (conditional atau unconditional)
- Letter of Acceptance (conditional atau unconditional)
- Essay dengan tiga topik : Sukses Terbesar Dalam Hidupku, Kontribusiku Bagi Indonesia, serta Rencana Studi)
Berdasarkan pengalaman saya dan beberapa teman, sangat jarang sekali ada yang gagal pada tahap ini. Yang terpenting adalah jika kita memenuhi seluruh persyaratan dengan format yang sesuai dengan format yang telah ditentukan oleh pihak LPDP, maka saya rasa kemungkinan besar pasti lulus.
B. Tahap Wawancara, Essay on The Spot dan LGD (Leaderless Group Discussion)
Menurut saya, tahap ini merupakan tahap yang paling menentukan dalam seleksi beasiswa LPDP. Oleh karena itu, usahakan persiapkan jauh-jauh hari untuk menghindari shock saat pelaksanaan seleksi. Usahakan semuanya terukur dengan baik. Ingat, kesempatan hanya akan didapatkan oleh orang-orang yang siap. So, preparation is one of the most crucial part.
Tahap ini biasanya berlangsung selama 1-3 hari, dan bisa jadi kita mendapatkan jadwal seleksi Wawancara, Essay on The Spot dan LGD pada satu hari yang sama, seperti yang saya alami saat mengikuti tahap seleksi ini yang berlokasi di Surabaya. Namun, bukan tidak mungkin juga dilakukan pada hari terpisah. Contohnya teman saya ada yang dapat jadwal wawancara di hari pertama, sedangkan jadwal Essay on The Spot dan LGD pada hari kedua.
Tahap yang pertama saya hadapi adalah Essay on The Spot, yang dijadwalkan pagi hari jam 08.00-08.25 WIB. Seingat saya, waktu yang diberikan untuk menulis essay adalah sekitar 20 menit. Adapun seleksi ini dilakukan pada satu ruangan kecil dengan kapasitas sekitar 20 orang, berisikan peserta dari dua kelompok LGD yang berbeda. Setelah duduk, soalpun dibagikan. Soal dari Essay on The Spot ini berisi dua topik yang berbeda, lengkap dengan abstraksi dari tiap topik tersebut. Peserta diminta memilih salah satu topik untuk kemudian dikembangkan menjadi essay. Dibawah soal tersebut, terdapat ruang untuk menulis essay dengan ruang yang dibatasi, tidak boleh lebih dari yang disediakan. Berdasarkan perkiraan saya, ruang tersebut cukup untuk menulis sekitar 4-5 paragraf singkat, mirip dengan writing task II pada IELTS. Adapun pada waktu itu saya mendapatkan topik :
- Realisasi Revolusi Mental dalam kehidupan masyarakat Indonesia
- Bonus Demografi, Berkah atau Musibah?
Untungnya, semalam sebelumnya saya membaca opini di salah satu media cetak mengenai hal ini, Oleh karena itu, saya sangat bersyukur karena bisa melewati tahap ini dengan baik. Adapun tips untuk menghadapi Essay on The Spot yang saya dapatkan dari blog lain adalah dengan membuat ringkasan dari topik-topik terbaru yang sedang hangat diperbincangkan, selain itu ditindak-lanjuti dengan membuat mind-mapping dari setiap topik tersebut. Hal ini akan sangat membantu, karena dapat membuat essay lebih terstruktur dan mempermudah dalam pengembangan ide. Menurut saya, mind-mapping ini cukup dengan membahas apa yang dimaksud dari topik tersebut (What), kenapa hal tersebut terjadi (Why) dan bagaimana solusinya (How).
Beberapa ide yang saya persiapkan untuk menghadapi tahap essay dan LGD diantaranya adalah:
-
Kebakaran
hutan di Indonesia
- Standar Keselamatan Gedung
- Pelegalan Prostitusi di Jakarta
- Bonus Demografi
- Pelegalan Prostitusi di Jakarta
- Bonus Demografi
-
UU
No. 4 Tahun 2009 Tentang Minerba
-
Perpanjangan
kontrak Freeport
-
Bela
Negara
-
Revisi
UU KPK
-
Hukuman
kebiri bagi pelaku pedofilia
-
Hukuman
mati bagi koruptor dan pengedar narkoba
-
Gojek
VS Ojek Pangkalan
-
Ancaman
krisis pangan
-
Pelemahan
kurs rupiah
-
Paket
kebijakan ekonomi jilid I-VI
-
Pembangunan
gedung baru DPR
-
Sistem
pendidikan di Indonesia
-
Sistem
presidensial di Indonesia
-
Ujian
nasional
-
HIV-AIDS
-
KPK
vs POLRI
-
PSSI
VS Kemenpora
-
Kondisi
Sosial di Indonesia
-
Kondisi
Ekonomi di Indonesia
-
Kondisi
Kesehatan di Indonesia
-
Lingkungan
Hidup Indonesia
Selesai menjalani seleksi essay, saya dan teman-teman satu kelompok LGD langsung diarahkan menuju ruangan untuk mengikuti tahap selanjutnya, LGD (Leaderless Group Discussion). Ruang seleksi essay bertempat di lantai tujuh Gedung Keuangan Negara Kantor Surabaya, sedangkan ruang seleksi LGD berada di lantai satu. Selama perjalanan dari dari lantai tujuh ke lantai satu, saya berkenalan dengan anggota dengan tim LGD tersebut, hal ini setidaknya cukup membantu untuk mengurangi rasa grogi dan lebih mencairkan suasana.
Masuk ke ruangan LGD, dua orang pengawas sudah menunggu di dalam, sepengetahuan saya yang satu adalah psikolog, yang satu lagi pengawas yang menilai isi yang kita bicarakan (mohon dikoreksi kalau salah). Kita kemudian diberi selembar kertas berupa berita, serta diberikan pertanyaan yang harus didiskusikan. Pada waktu itu saya mendapatkan artikel mengenai Bela Negara, Peserta diperintahkan memposisikan diri sebagai tim ahli yang bertugas merumuskan konsep bela negara.
Kalau pada tahap sebelumnya saya mampu melewatinya dengan baik, tidak demikian untuk tahap ini. Saya kesulitan untuk mengembangkan ide, terlebih sulit lagi untuk menyampaikannya dengan baik dan lancar. Tim LGD saya terdiri dari delapan orang, mungkin saya yang terburuk dalam menyampaikan ide saat itu. Tapi saya tetap berusaha, yang saya coba tekankan adalah tidak mendominasi, saya hanya bicara sebanyak tiga kali, masing-masing hanya sekitar setengah menit. Pembicaraan saya juga sebagian besar hanya menyatakan setuju terhadap pendapat rekan yang lain, dengan cara yang sesantun mungkin. Setelah berjalan sekitar 30 menit, tahap ini pun selesai. Saya keluar ruangan dengan sedikit merasa kurang puas, namun tetap optimis.
Sedikit tips menghadapi tahap LGD menurut saya, jangan mendominasi. Idealnya kita akan punya kesempatan berbicara 2-3 kali, usahakan jangan melebihi jumlah bicara dari mayoritas peserta. Dalam sedikit kesempatan bicara tersebut, coba sampaikan ide yang sederhana dan singkat, dengan menghubungkan pula dengan pendapat-pendapat dari rekan yang lain. Kata-kata seperti, "saya sepakat dengan saudara", cukup baik untuk diucapkan termasuk saat kita memiliki ide yang berbeda. Katakan kesamaan ide kita secara santun terlebih dahulu, baru berikan sedikit pendapat kita yang berbeda. Dengan menghubungkan pendapat kita dengan pendapat orang lain, berarti kita turut mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain.
Adapun mengenai isu yang dibahas pada LGD ini hampir mirip dengan isu essay, yaitu isu nasional terbaru yang sedang hangat diperbincangkan. Sehingga, dengan rajin membaca berita tentu saja akan memberikan suatu kemudahan tersendiri untuk menjalani tahap ini.
Sedikit lesu karena merasa kurang puas saat LGD, saya pun beristirahat sejenak. Sambil merenung dan terus berdoa, saya juga tidak lupa berkenalan dengan peserta-peserta lainnya. Berdasarkan beberapa orang yang saya temui pada saat tes, yang paling dominan adalah pendaftar tujuan UK untuk magister luar negeri, serta banyak pula yang mendaftar untuk magister dalam negeri. Tidak terasa setelah berbincang-bincang dengan beberapa teman, akhirnya sudah jam 14.40 WIB, sudah saatnya jadwal wawancara saya. Dengan mengucap Bismillah, saya pun melangkah ke ruangan tes wawancara.
Ruang wawancara ini ternyata suatu ruangan besar, seperti auditorium. Seluruh proses wawancara dilaksanakan di ruangan tersebut, seluruhnya mungkin ada sekitar sepuluh meja wawancara. Saya pun langsung menuju meja saya, ditempat tersebut telah menunggu tiga orang interviewer. Setelah mengucapkan salam dan berjabat tangan, saya pun minta izin untuk duduk. Proses wawancara pun dimulai.
Interviewer pertama, sepertinya dari pihak LPDP, langsung memberikan pertanyaan : Apa motivasimu mengikuti beasiswa ini? Alhamdulillah, saya sudah berkali-kali melaksanakan simulasi wawancara bersama teman-teman saya, sehingga saya langsung jawab dengan tenang dan lancar. Seluruh pertanyaan yang diajukan oleh interviewer ini berkaitan dengan nasionalisme, integritas, kontribusi sosial di masyarakat, serta cita-cita.
Interviewer kedua, sepertinya seorang dosen. Dosen ini cukup ramah, sehingga suasana menjadi lebih cair. Adapun pertanyaan yang diberikan mengenai background pendidikan, kampus yang akan saya tuju, cita-cita, permasalahan terbesar di bidang keilmuan tersebut, bagaimana solusinya, serta prestasi akademik.
Interviewer ketiga, saya perkirakan beliau adalah psikolog. Hal yang ditanyakan oleh ibu ini sedikit lebih ringan, diantaranya: perkenalkan diri anda, keluarga, sumber penghasilan, serta idealisme.
Diluar prediksi saya, hampir seluruh pertanyaan diajukan dalam bahasa indonesia. Hanya dua pertanyaan dalam bahasa inggris, padahal saya apply untuk program magister luar negeri. Alhamdulillah, karena dalam bahasa indonesia saya lebih leluasa menjawab pertanyaan tersebut. Saya cukup beruntung, karena rekan lain ada yang menggunakan 100% bahasa inggris, padahal apply untuk magister dalam negeri.
Sedikit tips dari saya untuk menghadapi tahap wawancara, menurut saya sukses tidaknya wawancara sangat berkaitan dengan baik atau tidaknya essay yang kita tulis sebelumnya, karena pertanyaan wawancara tidak akan jauh dari seputaran essay tersebut. Jika kita mampu mengemas tulisan dengan baik, maka akan mudah pula untuk menyampaikannya saat wawancara. Tips lainnya, cobalah lakukan simulasi wawancara, baik dalam bahasa indonesia ataupun bahasa inggris. Last but not least, usahakan sudah memiliki Letter of Acceptance (LoA), baik conditional/unconditional. Berdasarkan pengalaman pribadi saya, interviewer menyatakan bahwa penilaian akan berbeda jika sudah memiliki LoA, meskipun pada akhirnya tidak akan menjamin kelulusan sesrorang. Mendapatkan LoA, tidaklah terlalu sulit khususnya untuk program magister. Teman saya bahkan telah mengantongi LoA dari beberapa universitas. Saya sendiri kebetulan saat itu Alhamdulillah sudah mendapatkan conditional offer dari Wageningen University.
Masuk ke ruangan LGD, dua orang pengawas sudah menunggu di dalam, sepengetahuan saya yang satu adalah psikolog, yang satu lagi pengawas yang menilai isi yang kita bicarakan (mohon dikoreksi kalau salah). Kita kemudian diberi selembar kertas berupa berita, serta diberikan pertanyaan yang harus didiskusikan. Pada waktu itu saya mendapatkan artikel mengenai Bela Negara, Peserta diperintahkan memposisikan diri sebagai tim ahli yang bertugas merumuskan konsep bela negara.
Kalau pada tahap sebelumnya saya mampu melewatinya dengan baik, tidak demikian untuk tahap ini. Saya kesulitan untuk mengembangkan ide, terlebih sulit lagi untuk menyampaikannya dengan baik dan lancar. Tim LGD saya terdiri dari delapan orang, mungkin saya yang terburuk dalam menyampaikan ide saat itu. Tapi saya tetap berusaha, yang saya coba tekankan adalah tidak mendominasi, saya hanya bicara sebanyak tiga kali, masing-masing hanya sekitar setengah menit. Pembicaraan saya juga sebagian besar hanya menyatakan setuju terhadap pendapat rekan yang lain, dengan cara yang sesantun mungkin. Setelah berjalan sekitar 30 menit, tahap ini pun selesai. Saya keluar ruangan dengan sedikit merasa kurang puas, namun tetap optimis.
Sedikit tips menghadapi tahap LGD menurut saya, jangan mendominasi. Idealnya kita akan punya kesempatan berbicara 2-3 kali, usahakan jangan melebihi jumlah bicara dari mayoritas peserta. Dalam sedikit kesempatan bicara tersebut, coba sampaikan ide yang sederhana dan singkat, dengan menghubungkan pula dengan pendapat-pendapat dari rekan yang lain. Kata-kata seperti, "saya sepakat dengan saudara", cukup baik untuk diucapkan termasuk saat kita memiliki ide yang berbeda. Katakan kesamaan ide kita secara santun terlebih dahulu, baru berikan sedikit pendapat kita yang berbeda. Dengan menghubungkan pendapat kita dengan pendapat orang lain, berarti kita turut mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain.
Adapun mengenai isu yang dibahas pada LGD ini hampir mirip dengan isu essay, yaitu isu nasional terbaru yang sedang hangat diperbincangkan. Sehingga, dengan rajin membaca berita tentu saja akan memberikan suatu kemudahan tersendiri untuk menjalani tahap ini.
Sedikit lesu karena merasa kurang puas saat LGD, saya pun beristirahat sejenak. Sambil merenung dan terus berdoa, saya juga tidak lupa berkenalan dengan peserta-peserta lainnya. Berdasarkan beberapa orang yang saya temui pada saat tes, yang paling dominan adalah pendaftar tujuan UK untuk magister luar negeri, serta banyak pula yang mendaftar untuk magister dalam negeri. Tidak terasa setelah berbincang-bincang dengan beberapa teman, akhirnya sudah jam 14.40 WIB, sudah saatnya jadwal wawancara saya. Dengan mengucap Bismillah, saya pun melangkah ke ruangan tes wawancara.
Ruang wawancara ini ternyata suatu ruangan besar, seperti auditorium. Seluruh proses wawancara dilaksanakan di ruangan tersebut, seluruhnya mungkin ada sekitar sepuluh meja wawancara. Saya pun langsung menuju meja saya, ditempat tersebut telah menunggu tiga orang interviewer. Setelah mengucapkan salam dan berjabat tangan, saya pun minta izin untuk duduk. Proses wawancara pun dimulai.
Interviewer pertama, sepertinya dari pihak LPDP, langsung memberikan pertanyaan : Apa motivasimu mengikuti beasiswa ini? Alhamdulillah, saya sudah berkali-kali melaksanakan simulasi wawancara bersama teman-teman saya, sehingga saya langsung jawab dengan tenang dan lancar. Seluruh pertanyaan yang diajukan oleh interviewer ini berkaitan dengan nasionalisme, integritas, kontribusi sosial di masyarakat, serta cita-cita.
Interviewer kedua, sepertinya seorang dosen. Dosen ini cukup ramah, sehingga suasana menjadi lebih cair. Adapun pertanyaan yang diberikan mengenai background pendidikan, kampus yang akan saya tuju, cita-cita, permasalahan terbesar di bidang keilmuan tersebut, bagaimana solusinya, serta prestasi akademik.
Interviewer ketiga, saya perkirakan beliau adalah psikolog. Hal yang ditanyakan oleh ibu ini sedikit lebih ringan, diantaranya: perkenalkan diri anda, keluarga, sumber penghasilan, serta idealisme.
Diluar prediksi saya, hampir seluruh pertanyaan diajukan dalam bahasa indonesia. Hanya dua pertanyaan dalam bahasa inggris, padahal saya apply untuk program magister luar negeri. Alhamdulillah, karena dalam bahasa indonesia saya lebih leluasa menjawab pertanyaan tersebut. Saya cukup beruntung, karena rekan lain ada yang menggunakan 100% bahasa inggris, padahal apply untuk magister dalam negeri.
Sedikit tips dari saya untuk menghadapi tahap wawancara, menurut saya sukses tidaknya wawancara sangat berkaitan dengan baik atau tidaknya essay yang kita tulis sebelumnya, karena pertanyaan wawancara tidak akan jauh dari seputaran essay tersebut. Jika kita mampu mengemas tulisan dengan baik, maka akan mudah pula untuk menyampaikannya saat wawancara. Tips lainnya, cobalah lakukan simulasi wawancara, baik dalam bahasa indonesia ataupun bahasa inggris. Last but not least, usahakan sudah memiliki Letter of Acceptance (LoA), baik conditional/unconditional. Berdasarkan pengalaman pribadi saya, interviewer menyatakan bahwa penilaian akan berbeda jika sudah memiliki LoA, meskipun pada akhirnya tidak akan menjamin kelulusan sesrorang. Mendapatkan LoA, tidaklah terlalu sulit khususnya untuk program magister. Teman saya bahkan telah mengantongi LoA dari beberapa universitas. Saya sendiri kebetulan saat itu Alhamdulillah sudah mendapatkan conditional offer dari Wageningen University.
Setelah mengikuti seluruh tahapan, jujur saya tidak terlalu yakin karena merasa kurang maksimal khususnya di tahap LGD dan wawancara, namun saya tetap optimis karena sudah memberikan yang terbaik. Tinggal berdoa agar diberikan hasil yang terbaik saat pengumuman yang akan keluar selang dua minggu setelah wawancara.
Tanggal 10 Desember 2015, hari ini saya merasa agak gugup karena hari ini adalah saat pengumuman seleksi substantif (wawancara, LGD dan essay). Pukul 00.00 WIB, saya cek portal dan email tapi belum ada pemberitahuan yang masuk. Pagi dan siang, pengumuman belum juga keluar, yang semakin meningkatkan rasa gugup saya. Akhirnya sore, kira-kira pukul 17.00 WIB akhirnya email dari LPDP masuk, dan setelah membaca dengan seksama, Alhamdulillah saya dinyatakan lulus. Merasa belum terlalu yakin, saya pun membuka portal akun LPDP. Sangat sulit membuka akun ini, mungkin karena sekitar 3.000-an peserta seleksi mencoba untuk masuk. Akhirnya, malam hari sekitar jam 21.00 WIB saya berhasil login. Alhamdulillah, saya kemudian menjadi yakin karena status akun saya juga menyatakan bahwa saya telah lulus.
Terharu dan bahagia tak bisa saya hindarkan setelah menerima hasil dari seleksi substantif ini. Hal ini dikarenakan lima bulan sebelumnya saya pernah gagal dalam seleksi beasiswa daerah. Tapi saya tidak menyerah, evaluasi diri sangatlah krusial untuk dilakukan saat mengalami kegagalan. Oleh karena itu, saya mencoba fokus kembali menata cita-cita melanjutkan pendidikan magister di Eropa dengan bertolak ke Kampung Inggris, Pare. Di tempat inilah kemudian saya menemukan semangat yang baru, lingkungan yang dipenuhi oleh orang-orang yang optimis, serta meningkatkan kemampuan bahasa inggris saya.
Keberhasilan saya untuk dapat lulus beasiswa LPDP ini tidak terlepas dari keberadaan orang-orang di sekitar saya, terutama seluruh keluarga yang terus mendukung dan memberi semangat. Selain itu, dosen pembimbing saya, Bu Dwita yang telah memberi rekomendasi dan dorongan untuk melanjutkan studi. Seluruh teman-teman terdekat mulai dari SD hingga S1, yang selalu membantu. Keluarga besar TOEFL Camp, TEST English School yang telah memberikan semangat dan inspirasi. Special thanks untuk Mr. Ryan, Fitrah, Ben dan Mr. Syahrul yang telah menjadi partner simulasi wawancara dan LGD. We can make it!
Untuk semua pihak tersebut, saya ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya. Semoga kita bisa meraih cita-cita kita masing-masing. Saya berharap makin banyak rekan-rekan di daerah saya, Aceh serta rekan dari SD-S1 saya yang bisa berkesempatan mendapatkan pendidikan terbaik di tingkat nasional dan internasional. Aamiin
Perjuangan saya sendiri belum berakhir. Saya masih harus melengkapi berkas administrasi bahasa inggris (IELTS >= 6.00) serta mengikuti program persiapan keberangkatan (PK). Insyaallah, Allah will give me enough power to handle all of this things.
Sekian sharing pengalaman saya dalam mengikuti seleksi beasiswa BPI, semoga bermanfaat. Jangan lupa selalu, manusia yang berusaha, namun Allah SWT yang akan menentukan jalan yang terbaik bagi hambanya.
Wassalam
Hafi Munirwan