- Back to Home »
- kampus , Opini , Pengalaman »
- The Iceberg Illusion: Sebuah Cerita Mengenai Rangkaian Kegagalan dan Pencapaian
Posted by : Hafi Munirwan
Jumat, 09 Desember 2016
Bisa mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi master di salah satu universitas terbaik Belanda, banyak orang yang berkata bahwa saya melalui jalur yang sangat mudah dalam meraih salah satu cita-cita saya ini. Beberapa lainnya bahkan berkata bahwa saya sangat beruntung dan bisa mendapatkan segala hal yang saya inginkan secara instan. Terkadang memang mudah sekali bagi kita untuk menilai sesuatu yang bahkan tidak kita ketahui, ibarat melihat gunung es, yang terlihat mungkin hanya yang ada dipermukaan, padahal mungkin yang ada di bawahnya adalah rangkaian hal jauh lebih kompleks.
The Iceberg Illusion
Source: http://examinedexistence.com
Source: http://examinedexistence.com
Sejak kecil, saya bukanlah orang yang spesial secara akademis. Mulai dari SD sampai SMA, nama saya hanya pernah dua kali dipanggil dalam rentetan tiga urutan nama teratas saat pembagian rapor. Selebihnya, saya tidak cukup berhasil untuk membuat orang tua bangga. Kekurangan motivasi, mungkin adalah salah satu penyebabnya. Dari seluruh mata pelajaran yang ada, tidak ada satupun diantaranya yang benar-benar saya sukai. Adapun tata kota adalah ilmu yang saya sukai sejak kecil, karena saya sangat hobi memainkan berbagai strategy game yang berkaitan dengan simulasi kota seperti SimCity, Tropico, dsb. Oleh karena itu, sejak tahun pertama di bangku SMA, saya telah memasang target untuk melanjutkan pendidikan S-1 di jurusan perencanaan wilayah dan kota, Universitas Gadjah Mada. Memasang target yang relatif sulit, terutama bagi anak daerah seperti saya, saya merasa cukup beruntung berada dalam lingkungan yang sangat optimis. Ketimbang menertawakan mimpi tinggi saya, teman-teman saya saat itu justru memasang target yang lebih tinggi. Manusia bisa berencana, namun hasil tidak selalu sesuai dengan yang kita harapkan. Singkat cerita, beberapa teman saya berhasil lulus saat itu, sedangkan beberapa lainnya gagal, termasuk saya. Saya pun harus mengubur cita-cita ini untuk sementara.
Kecewa sudah pasti, namun saya yakin ada kebaikan dibalik kegagalan tersebut, dan saya pun mencoba berfikir positif karena dari kegagalan-lah kita dapat belajar betapa berharganya sebuah pencapaian. Gagal di tahun pertama, saya pun tidak ingin menyia-siakan kesempatan di tahun kedua dengan belajar lebih giat. Tahun berikutnya, saya kembali mengikuti SNMPTN dengan pilihan yang sama dan akhirnya saya pun diterima pada pilihan yang sama.
"Dari kegagalanlah kita dapat belajar arti dari sebuah pencapaian."
Achievement 1: Top University Indonesia
Saya adalah orang yang suka men-challenge diri sendiri untuk melangkah setidaknya satu langkah kedepan. Oleh karena itu, memasuki tahun pertama di bangku perkuliahan, saya kembali men-challenge diri saya dengan memasang target yang lebih tinggi lagi, yaitu melanjutkan studi S-2 di Eropa. Motivasi saya sangat sederhana, sebagai seorang yang mendalami ilmu tata kota, kota-kota Eropa seringkali dijadikan sebagai best-practice, sehingga saya merasa harus menyaksikan berbagai hal yang saya pelajari tidak hanya melalui tulisan, namun juga menyaksikannya secara langsung.
Sadar kemampuan bahasa inggris saya sangat buruk, saya pun mulai mengambil kursus bahasa inggris bahkan sebelum masa perkuliahan dimulai. Target saya adalah memiliki skor TOEFL minimal 550, agar dapat mendaftar di berbagai lembaga pemberi beasiswa selepas menamatkan pendidikan S-1. Jalan terjal lagi-lagi menghadang, mendapatkan skor 550 itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi untuk orang yang memulai dari nol seperti saya. Namun melalui proses yang cukup panjang, yaitu sekitar lima tahun mempersiapkan diri secara mandiri maupun dengan mengikuti kursus, dan lima kali pula mengikuti tes TOEFL, akhirnya saya pun mendapatkan skor sesuai dengan target.
Sedikit mengenai dunia perkuliahan, saya bukan orang yang tergolong cerdas jika dibandingkan dengan teman-teman seangkatan saya yang lainnya. Pada saat wisuda, dari 12 mahasiswa dari angkatan saya yang diwisuda, hanya saya satu-satunya yang tidak mendapatkan predikat cumlaude. Bahkan saya pernah mendapatkan Indeks Prestasi (IP) 2,* (*=sekian). Saat itu saya merasa kecewa, namun saya memilih untuk bangkit dan berusaha lebih keras, sehingga pada semester-semester berikutnya saya mampu memperbaiki nilai-nilai tersebut.
Mendapatkan gelar sarjana di pertengahan tahun 2015, sayapun mencoba mengikuti seleksi salah satu lembaga BUMN, dan lagi-lagi saya ditolak, padahal saat itu yang mendaftar untuk jurusan yang sama hanya tiga orang, dan hanya saya satu-satunya yang tidak diterima. Sebulan kemudian, saya pun mencoba mendaftar untuk mengikuti seleksi beasiswa daerah. Mungkin karena minim akan persiapan, saya pun kembali gagal dalam seleksi beasiswa ini.
Akhirnya, jawaban dari kegagalan-kegagalan tersebut muncul selang lima bulan kemudian. Saya diterima oleh salah satu lembaga penyedia beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S-2 di Belanda.
Achievement 2: Top University Worldwide
Untuk teman-teman saya yang sedang berjuang mencapai apapun mimpinya, jangan pernah menyerah. Beberapa proses mungkin dapat kita lalui dengan singkat, namun beberapa lainnya mungkin membutuhkan proses yang sangat panjang. Luruskan niat dan langkah, bersabar, dan kerja-keras adalah kuncinya. Temukan jalan yang kamu sukai, karena seberat apapun jalan dan proses yang ditempuh jika didasari oleh rasa suka atau passion, maka akan terasa jauh lebih menyenangkan.
Berkesempatan merasakan pendidikan di berbagai tingkat, mulai di tingkat daerah, nasional, dan internasional, saya pun menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan baik antara pelajar daerah, nasional, dan internasional dari segi kecerdasan. Yang membatasi kita hanyalah bahasa. Pecahkan belenggu bahasa, akan banyak kesempatan yang akan terbuka bagi kita untuk menjelajahi dunia."
Wageningen, Netherlands
10 Desember 2016
Hafi Munirwan
Terima kasih atas cerita suksesnya fi ...
BalasHapusSemoga menular dan bisa jadi motivasi bagi kami khususnya saya yang malas
GOD BLESS YOU BRO