Archive for 2016
The Iceberg Illusion: Sebuah Cerita Mengenai Rangkaian Kegagalan dan Pencapaian
Bisa mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi master di salah satu universitas terbaik Belanda, banyak orang yang berkata bahwa saya melalui jalur yang sangat mudah dalam meraih salah satu cita-cita saya ini. Beberapa lainnya bahkan berkata bahwa saya sangat beruntung dan bisa mendapatkan segala hal yang saya inginkan secara instan. Terkadang memang mudah sekali bagi kita untuk menilai sesuatu yang bahkan tidak kita ketahui, ibarat melihat gunung es, yang terlihat mungkin hanya yang ada dipermukaan, padahal mungkin yang ada di bawahnya adalah rangkaian hal jauh lebih kompleks.
The Iceberg Illusion
Source: http://examinedexistence.com
Source: http://examinedexistence.com
Sejak kecil, saya bukanlah orang yang spesial secara akademis. Mulai dari SD sampai SMA, nama saya hanya pernah dua kali dipanggil dalam rentetan tiga urutan nama teratas saat pembagian rapor. Selebihnya, saya tidak cukup berhasil untuk membuat orang tua bangga. Kekurangan motivasi, mungkin adalah salah satu penyebabnya. Dari seluruh mata pelajaran yang ada, tidak ada satupun diantaranya yang benar-benar saya sukai. Adapun tata kota adalah ilmu yang saya sukai sejak kecil, karena saya sangat hobi memainkan berbagai strategy game yang berkaitan dengan simulasi kota seperti SimCity, Tropico, dsb. Oleh karena itu, sejak tahun pertama di bangku SMA, saya telah memasang target untuk melanjutkan pendidikan S-1 di jurusan perencanaan wilayah dan kota, Universitas Gadjah Mada. Memasang target yang relatif sulit, terutama bagi anak daerah seperti saya, saya merasa cukup beruntung berada dalam lingkungan yang sangat optimis. Ketimbang menertawakan mimpi tinggi saya, teman-teman saya saat itu justru memasang target yang lebih tinggi. Manusia bisa berencana, namun hasil tidak selalu sesuai dengan yang kita harapkan. Singkat cerita, beberapa teman saya berhasil lulus saat itu, sedangkan beberapa lainnya gagal, termasuk saya. Saya pun harus mengubur cita-cita ini untuk sementara.
Kecewa sudah pasti, namun saya yakin ada kebaikan dibalik kegagalan tersebut, dan saya pun mencoba berfikir positif karena dari kegagalan-lah kita dapat belajar betapa berharganya sebuah pencapaian. Gagal di tahun pertama, saya pun tidak ingin menyia-siakan kesempatan di tahun kedua dengan belajar lebih giat. Tahun berikutnya, saya kembali mengikuti SNMPTN dengan pilihan yang sama dan akhirnya saya pun diterima pada pilihan yang sama.
"Dari kegagalanlah kita dapat belajar arti dari sebuah pencapaian."
Achievement 1: Top University Indonesia
Saya adalah orang yang suka men-challenge diri sendiri untuk melangkah setidaknya satu langkah kedepan. Oleh karena itu, memasuki tahun pertama di bangku perkuliahan, saya kembali men-challenge diri saya dengan memasang target yang lebih tinggi lagi, yaitu melanjutkan studi S-2 di Eropa. Motivasi saya sangat sederhana, sebagai seorang yang mendalami ilmu tata kota, kota-kota Eropa seringkali dijadikan sebagai best-practice, sehingga saya merasa harus menyaksikan berbagai hal yang saya pelajari tidak hanya melalui tulisan, namun juga menyaksikannya secara langsung.
Sadar kemampuan bahasa inggris saya sangat buruk, saya pun mulai mengambil kursus bahasa inggris bahkan sebelum masa perkuliahan dimulai. Target saya adalah memiliki skor TOEFL minimal 550, agar dapat mendaftar di berbagai lembaga pemberi beasiswa selepas menamatkan pendidikan S-1. Jalan terjal lagi-lagi menghadang, mendapatkan skor 550 itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi untuk orang yang memulai dari nol seperti saya. Namun melalui proses yang cukup panjang, yaitu sekitar lima tahun mempersiapkan diri secara mandiri maupun dengan mengikuti kursus, dan lima kali pula mengikuti tes TOEFL, akhirnya saya pun mendapatkan skor sesuai dengan target.
Sedikit mengenai dunia perkuliahan, saya bukan orang yang tergolong cerdas jika dibandingkan dengan teman-teman seangkatan saya yang lainnya. Pada saat wisuda, dari 12 mahasiswa dari angkatan saya yang diwisuda, hanya saya satu-satunya yang tidak mendapatkan predikat cumlaude. Bahkan saya pernah mendapatkan Indeks Prestasi (IP) 2,* (*=sekian). Saat itu saya merasa kecewa, namun saya memilih untuk bangkit dan berusaha lebih keras, sehingga pada semester-semester berikutnya saya mampu memperbaiki nilai-nilai tersebut.
Mendapatkan gelar sarjana di pertengahan tahun 2015, sayapun mencoba mengikuti seleksi salah satu lembaga BUMN, dan lagi-lagi saya ditolak, padahal saat itu yang mendaftar untuk jurusan yang sama hanya tiga orang, dan hanya saya satu-satunya yang tidak diterima. Sebulan kemudian, saya pun mencoba mendaftar untuk mengikuti seleksi beasiswa daerah. Mungkin karena minim akan persiapan, saya pun kembali gagal dalam seleksi beasiswa ini.
Akhirnya, jawaban dari kegagalan-kegagalan tersebut muncul selang lima bulan kemudian. Saya diterima oleh salah satu lembaga penyedia beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S-2 di Belanda.
Achievement 2: Top University Worldwide
Untuk teman-teman saya yang sedang berjuang mencapai apapun mimpinya, jangan pernah menyerah. Beberapa proses mungkin dapat kita lalui dengan singkat, namun beberapa lainnya mungkin membutuhkan proses yang sangat panjang. Luruskan niat dan langkah, bersabar, dan kerja-keras adalah kuncinya. Temukan jalan yang kamu sukai, karena seberat apapun jalan dan proses yang ditempuh jika didasari oleh rasa suka atau passion, maka akan terasa jauh lebih menyenangkan.
Berkesempatan merasakan pendidikan di berbagai tingkat, mulai di tingkat daerah, nasional, dan internasional, saya pun menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan baik antara pelajar daerah, nasional, dan internasional dari segi kecerdasan. Yang membatasi kita hanyalah bahasa. Pecahkan belenggu bahasa, akan banyak kesempatan yang akan terbuka bagi kita untuk menjelajahi dunia."
Wageningen, Netherlands
10 Desember 2016
Hafi Munirwan
Mempersiapkan Diri Untuk Studi S2/S3
Assalamualaikum wr.wb,
Salam sejahtera untuk kita semua.
Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi mengenai pengalaman saya dalam mempersiapkan diri untuk studi S2.
Jauh sebelum saya menyelesaikan pendidikan S1, tepatnya sejak lulus SMA, saya sudah bercita-cita untuk melanjutkan studi di Eropa. Motivasi saya saat itu sederhana, yaitu ingin mengembangkan jaringan di dunia internasional, karena dunia terlalu luas untuk hanya menempati satu tempat saja tanpa menjelajahi bagian dunia yang lain. Hanya saja, waktu itu saya belum menetapkan negara dan universitas yang ingin saya tuju.
Setiap orang punya keinginan, tetapi untuk mewujudkannya butuh usaha yang tidak mudah. Hal mutlak dan utama yang harus kita miliki jika ingin bertahan di negeri orang adalah kemampuan berbahasa asing, dalam hal ini yang dimaksud adalah berbahasa inggris. Oleh karena itu, sebelum saya menginjak kuliah di bangku sarjana yaitu pada tahun 2010, saya sudah mulai mendalami bahasa inggris dengan mengikuti kursus di Banda Aceh saat itu, yaitu di International English School (IES). Hal ini menjadi salah satu pengalaman yang unik, karena saya menjadi siswa termuda di kelas ini, sedangkan siswa yang lain rata-rata sudah kuliah semester akhir bahkan ada yang sedang mempersiapkan studi S3.
Selama kuliah pun saya terus mengikuti kursus di SWIFT English School dan CILACS UII, Yogyakarta. Setelah kuliah, saya berangkat ke Kampung Inggris Pare, dan belajar di TEST English School dan Global English.
InsyaAllah, hasil tidak akan mengingkari usaha. Maret 2016 saya mengikuti tes IELTS dan kemudian memperoleh skor sesuai dengan yang dibutuhkan untuk meng-apply ke kampus dan beasiswa. Berdasarkan pengalaman saya dalam mempersiapkan diri untuk studi S2/S3 yang panjang, saya ingin sedikit merangkum tahapan-tahapan tersebut menurut saya pada tahap-tahap berikut:
(Image source: www.huffingtonpost.com)
- Tahap 1: Mendapatkan Sertifikat Bahasa
Tahap Pertama mempersiapkan diri untuk studi S2/S3 di luar negeri menurut saya adalah mendapatkan sertifikat bahasa, yaitu IELTS/TOEFL IBT. Kenapa harus mendapatkan sertifikat bahasa dulu? karena dengan bermodalkan sertifikat bahasa ini, maka kita hampir dapat meng-apply ke seluruh universitas dan beasiswa yang tersedia.
- Tahap 2: Membuat List Universitas Tujuan
Disela-sela kegiatan belajar bahasa, kita bisa sekaligus masuk ke Tahap Kedua, yaitu membuat list universitas tujuan. Memilih universitas ini sebaiknya didasarkan pada alasan yang kuat dan logis, seperti diantaranya: peringkat universitas secara umum, peringkat universitas berdasarkan bidang keilmuan yang ingin kita dalami (dapat dilihat di www.timeshighereducation.com atau di www.topuniversities.com), mata kuliah (course) yang ditawarkan, fasilitas yang disediakan seperti laboratorium, hingga ketersediaan dosen dengan keahlian sesuai dengan yang ingin kita dalami. Tentukan setidaknya tiga kampus tujuan yang kemudian diurutkan berdasarkan prioritas. Tujuannya adalah sebagai backup jika kita terkendala pada proses di kampus yang satu, maka masih terdapat dua opsi kampus lainnya yang tersedia.
- Tahap 3: Mendapatkan Letter of Acceptance (LoA)
Setelah memperoleh sertifikat bahasa, kita bisa langsung mendaftar ke kampus yang ingin kita tuju sesuai dengan list yang telah kita tentukan sebelumnya. Sistem yang diterapkan disetiap kampus berbeda-beda. Ada yang mempersyaratkan dokumen seperti rekomendasi dosen, portofolio, CV, dan lain-lain, namun ada pula yang hanya mempersyaratkan dokumen yang lebih sedikit. Untuk melihat dokumen yang dipersyaratkan oleh kampus, kita bisa langsung mengunjungi website kampus tersebut. Biasanya dokumen-dokumen yang disyaratkan sudah tertera jelas di website tersebut.
Lama proses penerbitan LoA setiap kampus juga berbeda-beda, ada yang cuma beberapa hari, ada yang beberapa minggu, bahkan ada yang berbulan-bulan. Hal ini mungkin menjadi salah satu kendala, akan tetapi kita memiliki lebih banyak opsi andaikan salah satu kampus yang kita tuju berkendala karena telah menentukan backup sebelumnya. Saran dari saya, carilah kenalan langsung maupun tidak langsung melalui teman yang telah lebih dulu melanjutkan studi di kampus tersebut karena kita akan tahu lebih banyak mengenai kampus tersebut.
- Tahap 4: Memilih Lembaga Penyedia Beasiswa
Saat ini, terdapat banyak sekali beasiswa yang dapat kita coba, seperti LPDP, Stuned, Chevening, AAS, Fullbright, dsb. Setiap beasiswa ini memiliki proses dan kebijakannya masing-masing. Sangat penting bagi pendaftar beasiswa untuk mengetahui hal tersebut. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang detail setiap beasiswa tersebut bisa langsung diakses pada websitenya dan karena saya sebelumnya meng-apply pada beasiswa LPDP, saya akan share Visi LPDP yaitu:
" Menjadi lembaga pengelola dana terbaik di tingkat regional untuk mempersiapkan pemimpin masa depan serta mendorong inovasi bagi Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan."
Selain itu, LPDP juga memiliki bidang prioritas yaitu: teknik, sains, pertanian, kelautan dan perikanan, kedokteran dan kesehatan, akuntasi dan keuangan, hukum, agama, pendidikan, sosial, ekonomi, budaya, seni dan bahasa, dan bidang lainnya.
Sedangkan tema prioritas meliputi: kemaritiman, perikanan, pertanian, ketahanan energi, ketahanan pangan, industri kreatif, manajemen pendidikan, teknologi transportasi, teknologi pertahanan dan keamanan, teknologi informasi dan komunikasi, teknologi kedokteran dan kesehatan, keperawatan, lingkungan hidup, keagamaan, keterampilan (vokasional), ekonomi/keuangan syariah, budaya/bahasa, dan hukum bisnis internasional.
Jika kita hendak mendaftar beasiswa LPDP, maka pastikan kita memiliki visi dan misi yang sama dengan lembaga ini. Selain itu, akan lebih baik pula jika kita memilih program studi yang sejalan dengan bidang dan tema prioritas yang telah ditetapkan.
- Tips 5: Mempersiapkan Diri Untuk Proses Seleksi Beasiswa
Tips-tips mempersiapkan diri untuk proses seleksi khusunya untuk beasiswa pemerintah indonesia (BPI) LPDP sudah pernah saya share sebelumnya pada (http://hafimunirwan.blogspot.co.id/2015/12/perjalanan-mengikuti-seleksi-beasiswa.html). Untuk informasi lebih detail bisa diakses pada link tersebut.
Sekian sharing dari saya kali ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Kurangilah berkompetisi, perbanyaklah berkolaborasi.
Wassalam.
Inovasi Untuk Menekan Penggunaan Kantong Plastik Melalui Skema Insentif dan Disinsentif di Kota Banda Aceh
Latar
Belakang
Kota merupakan satuan/unit wilayah yang
identik dengan aktivitas urbanisasi serta kepadatan penduduk yang tinggi.
Perkembangan jumlah penduduk di kawasan perkotaan merupakan fenomena global
yang sekaligus menjadikan hal ini sebagai salah satu isu yang paling menarik
untuk dibahas, dimana pada tahun 1950 jumlah penduduk yang tinggal di kawasan
perkotaan hanya 30%, namun kemudian angka
ini meningkat secara drastis setiap tahunnya dan pada tahun 2014 telah mencapai
angka 54%. Tidak berhenti sampai disitu, angka ini diperkirakan akan terus
meningkat dan menyentuh angka 66% pada tahun 2050 (PBB, 2014).
Meningkatnya
jumlah penduduk, terjadi seiring dengan munculnya berbagai permasalahan di
kawasan perkotaan. Tidak terkecuali dengan permasalahan lingkungan, dimana
kebutuhan terhadap air bersih, lahan, dan listrik turut meningkat. Dari sektor persampahan,
volume jumlah sampah yang dihasilkan juga turut meningkat. Hal ini menjadi
permasalahan yang penting untuk diperhatikan terutama di negara berkembang
dimana dominan penduduknya masih memiliki penghasilan yang rendah sehingga
masyarakat seringkali hanya mengutamakan aspek ekonomi dan mengabaikan aspek
sosial dan lingkungan. Sehingga, pembangunan yang terjadi belum menggunakan
pendekatan pembangunan berkelanjutan (sustainable
development).
Menilik Permasalahan Sampah Plastik di Kota Banda
Aceh
Kota Banda Aceh sebagai bagian dari kota
yang berada di negara berkembang, tidak terlepas dari tren urbanisasi dan
pertumbuhan jumlah penduduk. Berdasarkan data dari BPS Kota Banda Aceh (2015),
jumlah penduduk Kota Banda Aceh pada tahun 2014 telah mencapai angka 249.499
jiwa, bertambah lebih dari 20.000 jiwa dari tahun 2013.
Jumlah penduduk
yang terus bertambah ini berdampak kepada tingginya volume sampah di Kota Banda
Aceh. Menurut Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Banda Aceh (DK3), jumlah
sampah yang dihasilkan di Kota Banda Aceh rata-rata 187 ton setiap harinya. Dari
jumlah tersebut, sampah plastik memberikan kontribusi yang cukup besar dengan
menempati peringkat ketiga terbanyak setelah sampah basah dan sampah kertas,
dengan jumlah yang mencapai 82,90 m³/hari.
Perkembangan Volume Sampah di Kota Banda
Aceh Tahun 2011-2014
No.
|
Komponen
Sampah
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
m³/hari
|
m³/hari
|
m³/hari
|
m³/hari
|
||
1.
|
Sampah
Basah
|
415,00
|
432,00
|
283,00
|
406,60
|
2.
|
Kertas
|
111,00
|
118,20
|
99,60
|
97,51
|
3.
|
Sampah
Plastik
|
82,00
|
86,20
|
88,60
|
82,90
|
4.
|
Kayu/Ranting
|
29,20
|
31,20
|
18,60
|
23,79
|
5.
|
Logam
|
17,00
|
16,30
|
15,80
|
13,30
|
6.
|
Kaca/Gelas
|
16,20
|
15,40
|
30,80
|
26,90
|
7.
|
Karet/Kulit
|
10,50
|
11,50
|
18,60
|
6,10
|
8.
|
Kain
|
6,40
|
6,50
|
49,40
|
11,40
|
9.
|
Lain-lain
|
2,10
|
2,70
|
6,40
|
3,50
|
Jumlah
|
680,00
|
689,40
|
716,40
|
672,00
|
Sumber:
DK3 dalam Pemerintah Kota Banda Aceh, 2015
Merespon
permasalahan tingginya volume sampah plastik, pemerintah Kota Banda Aceh
kemudian turut mendukung program pemerintah nasional dengan menerapkan
kebijakan kantong plastik berbayar. Melalui kebijakan ini, masyarakat diharuskan
membayar Rp.500/penggunaan kantong plastik. Disatu sisi, biaya yang relatif
murah ini memang tidak terlalu memberatkan bagi sebagian masyarakat sehingga mereka
tetap menggunakan kantong plastik seperti biasa dengan konsekuensi tambahan harus
membayar, akan tetapi disisi lain kebijakan ini merupakan suatu langkah yang
positif untuk memberikan edukasi dan menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya
mengurangi penggunaan kantong plastik. Dengan menyadarkan masyarakat,
pemerintah kedepan dapat menekan volume sampah plastik di Kota Banda Aceh yang
saat ini memang didominasi oleh sampah yang berasal dari konsumsi rumah tangga
(Pemerintah Kota Banda Aceh, 2015).
Inovasi Untuk Menekan Penggunaan Kantong Plastik di
Kota Banda Aceh
Pada dasarnya, penerapan kebijakan
kantong plastik berbayar sedikit-banyaknya telah berhasil dalam hal memberikan
edukasi kepada masyarakat untuk lebih peduli dan mengurangi penggunaan kantong
plastik. Akan tetapi, tidak sedikit pula masyarakat yang belum tergerak untuk
mengurangi konsumsi kantong plastik. Oleh karena itu, seharusnya pemerintah tetap
memberikan inovasi-inovasi lain untuk menyelesaikan permasalahan sampah plastik
di Kota Banda Aceh. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah melalui
penerapan skema insentif dan disinsentif.
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Insentif merupakan upaya
memberikan dorongan atau daya tarik secara moneter dan/atau non-moneter kepada
setiap orang ataupun pemerintah agar melakukan kegiatan yang berdampak positif
pada cadangan sumberdaya alam dan kualitas fungsi lingkungan hidup. Sedangkan
disinsentif adalah pengenaan beban atau ancaman secara moneter dan/atau
non-moneter kepada setiap orang ataupun pemerintah agar mengurangi kegiatan
yang berdampak negatif pada cadangan sumberdaya alam dan kualitas fungsi
lingkungan hidup.
Berdasarkan definisi diatas, maka
pembebanan biaya sebesar Rp.500/kantong plastik dapat dikategorikan sebagai
disinsentif karena memiliki tujuan yang sama yaitu mengurangi kegiatan yang
berdampak negatif bagi lingkungan hidup. Akan tetapi, terdapat satu peluang
yang belum dilaksanakan pada kebijakan ini, yaitu pemberian insentif kepada konsumen.
Seharusnya, selain memberikan beban/disinsentif kepada konsumen, kebijakan ini
juga harus mendorong masyarakat yang telah menerapkan kebijakan ini dengan
membawa kantong plastik/tas sendiri dari rumah dengan memberikan insentif
berupa potongan harga/diskon. Alokasi dana yang digunakan untuk potongan harga
atau insentif ini dapat diperoleh dari aliran uang yang berasal dari
disinsentif yang diperoleh dari kebijakan yang sama.
Faktanya, saat ini jumlah pembeli yang
tetap menggunakan kantong plastik masih lebih banyak daripada yang tidak
menggunakan kantong plastik. Oleh karena itu, melalui skema pemberian insentif
ini, pembeli yang tidak menggunakan kantong plastik diberikan potongan harga
belanja sebesar Rp.500/jumlah transaksi tertentu (potongan Rp. 500/belanja
Rp.10.000, atau potongan Rp 500/belanja Rp. 20.000, dan seterusnya), melalui
perhitungan yang tetap harus mempertimbangkan stabilitas kas yang masuk dari
disinsentif. Kebijakan ini mungkin akan berakibat pada banyaknya pembeli yang
beralih untuk tidak menggunakan kantong plastik.
Kedepannya, jika masyarakat telah terbiasa
dengan tidak menggunakan kantong plastik, maka kebijakan potongan harga ini
dapat diubah dengan menurunkan besaran insentif yang diberikanan menjadi Rp.
200/belanja Rp. 10.000, Rp 200/belanja Rp. 20.000, dan seterusnya. Dalam jangka
waktu yang lebih lama, ketika masyarakat sudah terbiasa dengan tidak
menggunakan kantong plastik untuk berbelanja, maka kebijakan ini bukan tidak
mungkin untuk dihapuskan. Karena pada dasarnya bagian terpenting dalam skema
insentif dan disinsentif ini adalah untuk menyadarkan masyarakat untuk mengubah
pola penggunaan kantong plastik dan menekan jumlah sampah plastik yang
berbahaya bagi lingkungan serta berkontribusi dalam mewujudkan target
pemerintah yaitu Kota Banda Aceh Bebas Sampah 2020.
(Tulisan ini terpilih sebagai salah satu finalis dalam lomba opini lingkungan yang diselenggarakan pada acara "Festival Kota Kita", memperingati Hari Bumi dan HUT Kota Banda Aceh ke 811)
Daftar Pustaka
BPS Kota Banda Aceh
(2015) Banda Aceh Dalam Angka 2015. Banda
Aceh: Pemerintah Kota Banda Aceh.
Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (2015) Mengapa Kantong Plastik Berbahaya? (http://www.dietkantongplastik.info/tentang-kami),
diakses 30-April-2016.
PBB (2014) World Urbanization Prospects: The 2014
Revision, Highlights (ST/ESA/SER.A/352). Department of Economic and Social
Affairs.
Pemerintah Kota Banda
Aceh (2015) Trikarsa Bogor, Kompilasi
Rencana Program Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Kota Banda Aceh 2015-2017.
Banda Aceh: Pemerintah Kota Banda Aceh.
Pemerintah Republik
Indonesia (2009) Undang-Undang Republik
Indonesia No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Pemerintah Republik
Indonesia (2015) Surat Edaran Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.06/PSLB03-PS/2015 Tentang Antisipasi
Penerapan Kebijakan Kantong Plastik Berbayar Pada Usaha Retail Modern. Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.